Padepokan Budi Rahardjo

KOMPAS.com - Sains

Minggu, 16 Juni 2013

GANTI DRIVER BRO...

Juni, 2001, aku mulai jadi teacher. 12 tahun gak pernah bisa jadi guru. Ternyata... guru itu panggilan hidup. Aku putuskan, berhenti jadi teacher.

Juni 2013, aku berada di kantor baru. Sinau mbakul. Ganti Bos, Ganti Driver!

Ini langkah awalku menjadi the real guru.

ANGKOT TRAYEK C, PALING MEMEGAKAN

Angkot (Angkutan Kota) Banjarnegara trayek C, rute Kota -> Tambakan -> Banjarmangu -> Kesenet -> Tambakan -> kota adalah rute paling pega (sesak nafas). Bukan isapan jempol. Itu penuturan langsung dari awak angkutan. Menurut mereka, trayek paling basah adalah trayek B, rute kota -> singamerta -> Madukara -> Kentheng -> kota. Walau secara umum mereka semua mengaku tersaingi oleh dealer sepeda motor.

Memang masuk akal, jika trayek itu kering. Dibanding dengan trayek yang lain, kawasan pemukiman yang dilalui lebih sedikit, boleh dibilang sangat jarang. Konsentrasi pemukiman dalam rute yang dilalui paling di kota, Petambakan dan magangan, Banjarmangu. Sedikit sekali. Pusat keramaian dan lokasi kunjungan (sekolah, kantor) juga tidak ada di Banjarmangu. Sudah begitu, ada armada lain yang "berbagi" penumpang dengan angkot trayek C, yaitu angkudes pick up nomor 6 (kota -> petambakan -> banjarmangu -> wanadadi pp) dan nomor 4 (kota ->petambakan -> banjarmangu -> banjar kulon pp), dan microbus jurusan karangkobar dan kalibening. Belum lagi armada open kap yang beroperasi tanpa terduga. Semakin lengkaplah kesesakan nafas armada angkot trayek C. Terlebih lagi hari Minggu.

Solusi? Untuk ukuran jangkrik seperti ingsun, ingsun cuma bisa usul begini:
1. Ubah rute dan sinergikan dengan angkot trayek A ( kota -> pucang -> plta mrica pp). Rute