Padepokan Budi Rahardjo

KOMPAS.com - Sains

Kamis, 23 April 2009

sapa yang diawasi?

baca di www.gamexeon.com/forum/berita-lain-lain/37706-pengawasan-un-di-lamongan-pakai-cctv.html

Siapa yang diawasi ya? siswa, atau pengawas? nek siswanya konangan melanggar tatib, dipecat gak tuh dari ruangan? atau kalau pengawasnya yang sok tertib malah dia yang di-juteknik kepala sekolahnya.... :)

Semoga itu ekspresi stressku saja. Itu hal bagus kok...

sapa yang diawasi

Rabu, 22 April 2009

DILEMA PENGAWAS UJIAN NASIONAL

Cerita ini lebih tragis dari tahun lalu. Ketika saya mengawasi di sekolahnya ki hajar dewantoro, anak didiknya begitu ketakutan melihat jam digital portable seharga ceban. Jam itu dikira kamera. Tahun ini temen saya ngawasi di sekolahnya HOS Cokroaminoto, dan.... bener-bener memotret kecurangan yang dilakukan oleh peserta ujian dengan ponselnya. Bagaimana gak takut itu murid?

Saat kami mengawasi, kami berfikir bahwa anak didik kami juga diawasi oleh orang lain. Bila kami menegur mereka atas kecurangan, kami juga berfikir anak kami akan ditegur oleh orang lain. Bila anak yang kami tegur tidak terima, kami pun berfikir anak didik kami tidak terima ditegur oleh orang lain.

Secara aturan main, teman saya itu hanya bertindak tegas dan boleh dibenarkan. Kesalahannya barangkali adalah membawa ponsel ke dalam ruang ujian. Tapi, jika kecurangan dibiarkan, sama saja membiarkan ketidakjujuran berlangsung di ruang ujian. Inilah dilema pengawas ujian nasional. Aturan ditegakkan, muncul permusuhan, bukan hanya antar individu, tetapi juga hingga antar institusi. Jika dibiarkan, sama saja menanamkan sifat meremehkan norma pada anak didik, sehingga kelak akan berkembang menjadi kecurangan yang lebih fatal. Sekecil apapun tindakan manusia, tidak akan pernah luput dari catatan Tuhan, dan itu harus dipertanggungjawabkan.

Ketidak jujuran siswa dalam Ujian Nasional adalah indikasi betapa selama 3 tahun tidak pernah dididik secara tegas untuk berlaku jujur. Saat ujian tiba, kecurangan itu sudah menjadi penyakit akut. Training ESQ, hypnotherapy tak akan cukup untuk untuk memperbaikinya. Guru kencing berdiri, murid lari terkencing-kencing. Murid tak jujur, mungkin juga gurunya memang ahli neraka.

Rabu, 01 April 2009

Musibah Malam Nyepi


Ini mungkin sebuah kebetulan, atau bisa jadi memang suatu pemberian dari yang Akarya Jagat. Kami sekampung tidak ada yang beragama Hindu. Pada malam peringatan hari Nyepi, tanggal 25 Maret 2009, tetangga kami mendapat musibah. Rumahnya habis terbakar jam 7 malam.

Tetangga kami ini memang nyentrik, pokoknya tidak bisa disamakan dengan yang lain. Di rumah ini tinggal dua orang kakak beradik. Umurnya 51 tahun dan 49 tahun. Tanpa suami / istri apalagi keturunan. Mereka berdua mendapat jatah BLT dan RASKIN. Memang begitulah keadaannya. Rumahnya memang sebagian besar sekali terbuat dari material kayu dan umurnya pun cukup tua. Ukurannya kurang lebih 7x7 meter persegi. Si Kakak sehari-hari hanyalah tukang patri, dan si adik perempuan kerja serabutan. Pantaslah kiranya kami menggolongkan mereka sebagai warga miskin.

Tak dinyana, ketika hari kamis kami semua kerja bakti membersihkan puing-puing rumah mereka, kami temukan gepokan uang. Nominal seluruhnya 11 Juta. Sebagian sudah rusak terbakar, tapi lebih banyak yang bisa ditukar ke Bank Indonesia.

Inikah peringatan Tuhan, agar manusia tidak mengaku-ngaku miskin/apalagi kere? Inikah perintah Allah agar manusia, agar kami senantiasa bersyukur? Pasti ini adalah masalah perspektif. Tidak ada penafsiran tunggal. Yang pasti, kami bersyukur kami bisa bahu membahu membantu membangunkan rumah layak huni bagi mereka. Terima kasih kami kepada warga RT. 01, RT. 02, RT. 03, dan RT. 05 di wilayah RW. I yang telah secara sukarela membantu kami secara material maupun spiritual dalam membantu warga kami ini. Mudah-mudahan inilah hikmah di balik musibah di malam nyepi. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tak bisa kami sebut satu per satu atas segala bantuannya.

Saya tak yakin bahwa saya bangga menjadi orang indonesia, tapi saya bahagia menjadi bagian dari RT. 04 RW. I Kelurahan Semarang, Kabupaten Banjarnegara.