Padepokan Budi Rahardjo

KOMPAS.com - Sains

Kamis, 29 Mei 2008

BAGAIMANA KITA TIDAK BODOH!

Pertama.
Nonton sinetron, suguhannya lebih banyak kultur-kultur kapitalis dan cerita-cerita yang tidak membumi. Miskin sekali karakter-karakter cerdas di dalamnya, termasuk si anta gonis. Kalau marah, mata dipelotot-pelototin. Si protagonis dilemah-lemahin. Orang mBanjar bilang.. lebih banyak plekotho-annya. mBok yao bikin sinetron yang kaya McGyver, atau... yang inspiring gitu lhoh.

Kedua.
Nonton berita, sajian terbanyak (saat ini) cuma demonstrasi, merusak, semau gue, enggak ada elegannya sama sekali, dan seabrek keluh kesah tanda ketidak berdayaan. Sebenarnya si bukannya tidak berdaya, tapi sungkan memberdayakan diri. Cuma sekelumit berita yang mampu menggugah optimisme. ibara jeruk, prestasi Pak Budiharyono yang kreatif dengan solar sel murah, cuma diekspose sebatas kulitnya. Padahal, detil informasinya sangat penting untuk dicontoh dan jejak beliau patut diikuti. Begitu pula riset bahan bakar yang dicampur air di sulawesi utara (kalau gak salah ingat). Padahal... informasi awalnya sangat dibutuhkan supaya lebih banyak yang turut mengembangkan. Lihat saja prestasi LINUX, Linux bisa sebesar itu karena Linus Torvalds tidak pelit memberi kernel alias mengopenkan soruce code-nya dan membuka kesempatan para programer mengembangkannya.

Ketiga.
Nonton acara debat, seolah-olah setiap masalah di negeri ini cuma bisa disikapi dengan setuju dan tidak setuju, lalu menawarkan penilaian mana yang benar dan mana yang salah. mBelgedhes! Kalau ditanyakan apa itu benar, dan apa itu salah, Pasti mas Vito dan mas Indi cuma bisa menjawab versi mereka masing-masing saja. Karena mereka itu terlalu kecil untuk menguasai hal yang maha rumit tentang konsep BENar dan SALAh.
Apa iya tidak ada the third choise? Soal Ujian nasional saja memberi option sampai 5. Bagaimana masyarakat akan mampu menyikapi persoalan secara proporsional, kalau cuma disodori pilihan setuju, tidak setuju? Bagaimana mindset masyarakat akan berkembang kalau dikotakkan pada perkara benar dan salah?

Keempat.
Acara penjaringan prestasi... wah... lebih ngenes lagi. Cuma banyak di bidang nyanyi. Pun dibawakan nyaris tak manusiawi lagi. Kayaknya produser sudah kehabisan ide, sehingga plot waktu acara kontes nyanyi sampe 5 bahkan 6 jam. Kagak bisa bikin acara laen apa? sudah 100 tahun bangkit, dan 63 tahun merdeka, eh.. bangga disusupi penjajahan HEDONISME. yah.. semoga suatu saat nanti,kuis GALILEO bisa muncul lagi. entah oleh INDOSAT atau lainnya.

Kelima.
Browsing cari informasi/literatur/jurnal berbahasa indoensia di internet. Miskiiiiiiiiiiiiin banget. Contoh, bagaimana membuat bio ethanol, membuat solar sel, mencari penjual solar sel, atau mencari detil berita inspiring di tv.Alhamdulillah sudah ada undang-undang keterbukaan informasi. Matur nuwun Pak M Nuh. semoga ditindaklanjuti dengan undang-undang anti pelit berbagi ilmu.

Yah... mudah-mudahan tontonan kegemaran saya ini bisa mengobati rasa geregetan saya. Maaf saya hanya bisa memberikan ucapan salut pada:
1. PERSPEKTIF Wimar.
2. Bolang.
3. Laptop si Unyil.
5. Cita-citaku.
6. Asal Usul.
7. Hanya di Indonesia Nuansa Pagi.
8. Rapublik Mimpi.

Jumat, 23 Mei 2008

REPUBLIK MIMPI TELAH MENGUSIK INGSUN

Assalamu 'alaikum wr wb.

Yth Bp. Effendi Ghozali Ph.D, dan seluruh awak republik mimpi. Setelah menyaksikan Republik Mimpi Jumat 24 Mei 2008, saya perlu mengutarakan

pendapat saya sebagai berikut:

Satu.
Hendaknya RM (Republik Mimpi) tidak terjebak pada masalah setuju atau tidak setuju atas kenaikan harga BBM, karena hal itu bisa berdampak pada RM dengan dianggap sebagai pihak yang tidak netral. Selain itu, kenaikan harga BBM pada tahun ini perlu ditinjau dari banyak perspektif (sudut pandang) dan RM sebagai tayangan konsumsi untuk umum alangkah baiknya bisa memberikan informasi secara proporsional, sehingga masyarakat bisa menyikapinya secara lebih arif, lebih dewasa. Dengan demikian RM setidaknya mampu menyajikan hiburan / tontonan yang mendidik. Artinya pula bila RM menyatakan tidak setuju atau setuju, RM sudah melakukan hal-hal yang (bukan mustahil) TIDAK MENDIDIK.

Dua.
Masih berkaitan dengan nomor satu, pada tayangan tersebut, RM menyatakan tidak setuju, TAPI... adakah solusinya..? sejauh yang saya amati TIDAK ADA. Mungkin RM ingin  menggambarkan perilaku para wakil rakyat (atau tepatnya wakil partai) yang katanya terhormat itu, tapi...lagi-lagi RM sudah terjebak pada disindependensi. kalau salah istilah, mohon dikoreksi. Alahgkah baiknya bila RM mampu menginspirasi pemirsa bagaimana menyiasati masalah BBM. Bukankah masalah BBM juga masalah global? Amrik saja bermasalah dengan BBM.

Tiga.
Bila dicermati perilaku masyarakat pada setiap kali ada momen kenaikan harga BBM, barangkali dapat diambil hipotesis bahwa MASYARAKAT INDONESIA TERGANTUNG PADA BAHAN BAKAR MINYAK (seberapapun levelnya). Padahal, dalam pelajaran SD / SMP sudah dijelaskan bahwa minyak bumi terjadi dari pembusukan fosil selama jutaan tahun dan Bang DIDI PETET pun (dulu) tak bosan-bosan memberitahu bahwa PERSEDIAANNYA SEMAKIN MENIPIS. ARtinya, jika tingkat konsumsi BBM setara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang bak deret logaritmik, maka akan tiba saatnya minyak bumi HABIS! SEEP! ENTEK! dan butuh waktu yang laaaaaaaaamaaa lagi untuk mendapatkan kembali minyak bumi. Sementara itu dalam ilmu EKONOMI yang di pelajari di SMP / SMA dikatakan JIKA PERSEDIAAN LEBIH SEDIKIT DIBANDING PERMINTAAN atas suatu barang, MAKA HARGA BARANG TERSEBUT MENJADI MAAAAAAAHAAAAAAAAALLLLLL. Jadi, dengan silogisme seperti tadi, wajar saja bila BBM MAHAL. Sementara itu, teknologi telah membantu manusia dengan ditemukannya SUMBER DAYA TERBARUKAN seperti biogas, biodiesel, dan bioethanol. Jadi... saya berpendapat sudah saatnya MASYARAKAT INDONESIA DILATIH UNTUK TIDAK TERGANTUNG PADA MINYAK BUMI.

Empat.
Simpati anda terhadap tindak tidak adil pada para pengunjuk rasa saya kira wajar. Unjuk rasa memang salah satu bentuk ekspresi terhadap suatu masalah dan menyampaikan aspirasi. Bila unjuk rasa itu dilakukan secara elegan, saya kira hanya orang-orang yang dungu saja dan takut terancam kedudukannya yang akan tidak senang. Masalahnya.... saya sudah tidak lagi melihat eleganisme / egaliter (mana yang tepat ya?) pada unjuk rasa yang ditayantkan di TV. JIka Anda yang jadi polisi, Anda juga sangat mungkin bertindak keras pada mereka.
Satu hal barangkali yang saya anggap lucu, atau bahkan mengenaskan, KATANYA MAHASISWA, (kan mahasiswa makhluk yang makan sekolahan. soal dia makan ajar atau tidak sih EGP) TAPI MASA IYA, CUMA BISA DEMO. MENGAPA YANG JUSTRU BERKREASI SEPEDA MOTOR DENGAN BAHAN BAKAR BIOGAS ADALAH ORANG YANG TIDAK MAKAN SEKOLAHAN? Meski begitu, dengan meminjam ungkapan dari AA GYM, saya bisa memaklumi. TIDAK BISA KITA BERHARAP BANYAK PADA ORANG / SIAPAPUN YANG SEDANG DALAM PROSES. Mahasiswa kan sedang dalam proses jadi sarjana ya. Ntar sudah jadi sarjana entah bisa apa-apa atau tidak... lain perkara... :) Maaf saja, ini fakta tentang carut-marut dunia pendidikan.

LIMA.
Saya terkesan dengan PUISI yang dibawakan oleh BANG DEDI MIZWAR tentang kebangkitan nasional, juga feature / film tentang SELAMATKAN INDONESIA yang kembali direquest oleh banyak pemirsa RM. untuk itu, mohon kiranya RM menyampaikan aspirasi saya kepada TV-ONE untuk dapat memuat kedua tayangan / movie tersebut ke dalam dunia maya (internet) dan bersifat DOWNLOADABLE (bisa diunduh) dengan mudah. ATau jika RM berniat mengkomersialkannya dalam bentuk CD dalam harga yang terjangkau untuk keperluan donasi, saya bersedia memesan.

demikan saja 5 ASPIRASI saya untuk REPUBLIK MIMPI. Semoga MIMPI IBU PERTIWI BISA JADI KENYATAAN, PUTRA-PUTRI BANGSA INI BISA SELAMATKAN INDONESIA. AMIN. kurang dan lebihnya mohom dimaafkan.

Wassalamu 'alaikum wr wb.


NUGROHO,
SEEKOR JANGKRIK YANG MENYANYI DI SIANG BOLONG.

Rabu, 07 Mei 2008

BBM NAIK... so what gitu lhoh...!?

BBM ganti harga...!?
1. Yang nolak policy ini (ada mahasiswa, ada rakyat yg sebenernya sih gak jelata-jelata amat, ada bos DPR dan konco-konconya),
a. Mereka tahu kondisi keuangan negara dan situasi dunia apa enggak ya? Atau barangkali pura-pura gak tahu, atau memang betul-betul gak mau tahu. Yang saya tahu, ini deket-deket dengan 2009. Bagi politisi, butuh strategic comment.

b. Ada juga yang beralasan masih ada cara lain menghindari kenaikan harga, tapi... kayakya mereka pelit banget mengatakan cara itu. Apa dia nunggu jadi presiden dulu, atau minimal wakil rakyat lah... (yang pasti gak akan jadi wakil ingsun, wong ingsun gak akan milih legislatip).

c. Yang jelas banget, kalau yg nolak rakyat jelata (atau ngaku-ngaku jelata), mereka kebanyakan cenderung berkomentar untuk kepentingan mereka sendiri. Ada juga sih yang cerdas, yang memandang kenaikan ini secara proporsional. Tapi dikit! cuma satu di antara sekiaaaaan...

2. Yang memaklumi kenaikan ini:
a. Ikhlas enggak ya mereka bersikap seperti itu? Yang ingsung tahu sih, ikhlas adalah urusan masing-masing individu dengan Tuhan-nya.

b. Bisakah mereka menyiasati kondisi ini sebagai konsekuensi atas excuse yang ia lakukan? Semoga saja begitu.

3. Kalau Ingsun.... ;)

a. Pasti akan merasakan dampak kenaikan ini. Harga beras, lauk, sayur, buah dan susu pasti ikutan naik. Minyak latung yang ingsun masih pake juga naik. Tapi ingsun beluma akan beralih ke LPG, soalnya pasti ikut-ikutan naik juga biar kata LPG adalah pengganti (konversi) dari mitan.

b. Ingsun harus berusaha percaya pada penguasa semesta yang berfatwa dalam Al Baqarah 286 yg artinya, Allah tidak akan menguji manusia, melainkan dalam batas kemampuannya.

c. Gaji gak ikut naik, yah... apa mau dikata. Emang segitu rejeki gua eh ingsun.

d. Enggak setuju ada BLT (Bantuan Langsun Tunai) soalnya banyak orang rame-rame pengin dianggap miskin. Jadi... ketika togel marak ada istiah OKB, kini ketika ada BLT muncul OMKM Orang Miskin Kok Mendadak.