Padepokan Budi Rahardjo

KOMPAS.com - Sains

Rabu, 01 April 2009

Musibah Malam Nyepi


Ini mungkin sebuah kebetulan, atau bisa jadi memang suatu pemberian dari yang Akarya Jagat. Kami sekampung tidak ada yang beragama Hindu. Pada malam peringatan hari Nyepi, tanggal 25 Maret 2009, tetangga kami mendapat musibah. Rumahnya habis terbakar jam 7 malam.

Tetangga kami ini memang nyentrik, pokoknya tidak bisa disamakan dengan yang lain. Di rumah ini tinggal dua orang kakak beradik. Umurnya 51 tahun dan 49 tahun. Tanpa suami / istri apalagi keturunan. Mereka berdua mendapat jatah BLT dan RASKIN. Memang begitulah keadaannya. Rumahnya memang sebagian besar sekali terbuat dari material kayu dan umurnya pun cukup tua. Ukurannya kurang lebih 7x7 meter persegi. Si Kakak sehari-hari hanyalah tukang patri, dan si adik perempuan kerja serabutan. Pantaslah kiranya kami menggolongkan mereka sebagai warga miskin.

Tak dinyana, ketika hari kamis kami semua kerja bakti membersihkan puing-puing rumah mereka, kami temukan gepokan uang. Nominal seluruhnya 11 Juta. Sebagian sudah rusak terbakar, tapi lebih banyak yang bisa ditukar ke Bank Indonesia.

Inikah peringatan Tuhan, agar manusia tidak mengaku-ngaku miskin/apalagi kere? Inikah perintah Allah agar manusia, agar kami senantiasa bersyukur? Pasti ini adalah masalah perspektif. Tidak ada penafsiran tunggal. Yang pasti, kami bersyukur kami bisa bahu membahu membantu membangunkan rumah layak huni bagi mereka. Terima kasih kami kepada warga RT. 01, RT. 02, RT. 03, dan RT. 05 di wilayah RW. I yang telah secara sukarela membantu kami secara material maupun spiritual dalam membantu warga kami ini. Mudah-mudahan inilah hikmah di balik musibah di malam nyepi. Terima kasih pula kepada semua pihak yang tak bisa kami sebut satu per satu atas segala bantuannya.

Saya tak yakin bahwa saya bangga menjadi orang indonesia, tapi saya bahagia menjadi bagian dari RT. 04 RW. I Kelurahan Semarang, Kabupaten Banjarnegara.

Tidak ada komentar: