Padepokan Budi Rahardjo

KOMPAS.com - Sains

Rabu, 14 April 2010

PAMONG PRAJA ATAU PEYANG PENJOL


Pamong Praja. Seperti apakah semestinya sosoknya? Secara bahasa, kata Pamong berasal dari bahasa jawa, yaitu kata dasar among, yang artinya mirip dengan momong yang dalam bahasa Indonesia berarti mengasuh. Makna among, momong atau mengasuh sesungguhnya sangat multi dimensional. Secara sederhana maknanya diungkapkan dalam istilah
asah, asih, asuh
. Jika dijabarkan kurang lebihnya adalah mengasuh haruslah dengan cara-cara yang mengasihi sehingga objeknya bisa terasah, baik potensi fisik maupun mentalnya. Dengan kata lain, sosok pamong harus memiliki karakteristik aspiratif, akomodatif, dan inspiratif. Dengan demikian, seorang pamong sebenarnya adalah sosok yang highly qualified.
Karakter seperti itu pula yang mestinya dimiliki oleh personil Satuan Polisi Pamong Praja. Artinya betapa tidak mudah menjadi seorang polisi pamong praja. Apalagi sembonyan yang disandang adalah praja wibawa, yang artinya wilayah pemerintahan yang dihormati. Logika sederhana yang dipakai untuk mewujudkan praja wibawa adalah, pemerintah akan berwibawa jika pamongnya, termasuk satpolnya memiliki kewibawaan. Tapi jika menilik keterlibatan satpol pp dalam kasus koja berdarah Rabu, 14 April kemarin, betapa mengenaskannya mereka. Jauh dari karakter seorang pamong. Jika kasus itu terjadi di Banyumas Satpol PP mungkin berubah kepanjangan menjadi Satuan Polisi Peyang Penjol. Peyang dan Penjol adalah tokoh dagelan legendaris dan monumental di Banyumas. Jadi Peyang Penjol adalah simbol kekonyolan.
Oleh karena itu, sebaiknya keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja perlu ditinjau kembali. Kalau masih menggunakan kata pamong, artinya para personilnya haruslah yang benar-benar terdidik dan highly qualified. Tidak sekedar terlatih. Analogi kasarnya, jika jenjang pendidikan anggota polri saja sampai akademi, maka anggota satpol PP harus lebih dari itu. Intinya personil Satpol PP perlu memiliki kemampuan psikologis yang tinggi. Kalau cuma bisa berdalalih “melaksanakan perintah” malah lebih mengenaskan. Karena yang cuma bisa menjalankan perintah hanyalah robot atau mesin, bukan manusia, sehingga tidak layak ditempatkan sebagai sosok pamong.

Tidak ada komentar: